31 January 2011

Bukan Cinta

Hari Jumat, saat angkot yang distir Udin melewati sebuah Mini Market tiba-tiba.
“Kiri payuun…!!”
Teriak Yanti dengan nada tidak terlalu keras dari dalam angkot meminta Sopir untuk berhenti, kemudian ia turun dan mengeluarkan dua  lembar uang seribu dan memberikannya ke sopir.
“Nuhun Neng…” Si sopir berterimakasih dan mengijak gas kembali.
“Gila, Seksi banget tu cewe, mau banget sama dia” dalam hati udin.

Najarudin saefuliani alias Udin Sopir, pemuda berkulit putih agak tampan berumur 24 tahun ini sebenarnya pria yang baik, banyak punya teman dan juga seorang pekerja keras. Hanya saja uang yang ia dapat dari pekerjaannya menjadi sopir angkot itu kadang ia gunakan untuk mabuk-mabukan. Hampir setiap Selasa, Rabu dan Kamis malam ia bisa di temui sedang menegak minuman keras dengan teman-temanya di depan toko bangunan SUMBER MAKMUR milik koh Akiong, tapi pada hari Jumat dan Sabtu ia akan sangat semangat cari uang.

Ketika angkotnya berhenti di lampu merah perempatan Buah Batu, Udin memanggil seorang pedagang asongan.
“Kang Super 2 batang!”
Udin mengacungkan selembar uang ribuan dan lima keping uang receh kepada pedagang berompi kuning dengan sebuah kotak yang menggantung di dadanya.
 “Kumaha penumpang?”
Basa-basi si pedagang sambil mengambil dua batang rokok dari kotak di dadanya.
“Lumayan kang…dua rit deui’ Insyaallah setoran ketutup…Korek na kang”
“Ari sabar mah pasti bisa…” Ucap pedagang itu lalu meminjamkan korek api kepada Udin.
Tiiiiiittt!!!! Tiiiiiiiiiiiiittttt!!!!!
Bunyi klakson mobil JAGUAR hitam dengan Velg lebar mengkilap yang berada di belakang angkot bercat kusam yang dikendarai Udin, member tanda agar sopir muda itu segera menginjak pedal gasnya kembali karena lampu hijau telah menyala.
“Nuhun kang!” Udin tergesa-gesa sembari mengembalikan korek api.
“Mangga..! Mangga..!” Saut si pedagang berompi kuning itu.
*****

“Jadi semuanya Rp 30.350…ada lagi yang lain ibu?” dengan ramahnya Yanti dari balik meja kasir.
“Udah itu aja!” Seorang ibu setengah baya dan memberikan selembar uang Rp 50.000.
“Uangnya Rp 50.000 ya bu…”
Yanti kemudian membuka laci kasir, mengambil sejumlah uang dan memberikanya kepada si ibu sambil tersenyum
“Trimakasih ibu…Semoga datang kembali…”
Sambil ia tetap tersenyum walau ibu tersebut kemudian pergi begitu saja tanpa sepatah kata.
Pada siang hari Yanti berkerja di Mini Market yang terwaralaba atas nama H. Dumawi Sarifin Saini. Wanita berumur 26 tahun ini memiliki tinggi badan yang tidak terlalu tinggi, tubuhnya seksi, ada yang bilang bodinya lebih aduhai dari artis wanita Aura Kasih. Bagaimana tidak...bokong bohay, langsing dan rambutnya yang hitam membuat banyak pria meliriknya, bahkan sering membuat pelanggan pria di Mini Market itu sengaja berlama-lama di depan meja kasir karena terpana dengan dada Yanti yang terlihat kencang menantang itu! 
Pantas saja, tidak jarang pria bahkan dari ABG sampai Kakek-kakek pun terpana kepada wanita bernama lengkap Himayanti ini, terutama pada bagian yang satu itu. Siapa yang sangka jika Yanti adalah seorang ibu beranak satu.
Iya...Yanti yang seksi itu telah memiliki satu orang anak laki-laki.
Agak miris ceritanya...
Ia diperkosa oleh anak majikanya ketika masih menjadi pembantu rumah tangga di Surabaya. Mungkin Ronald, anak majikanya itu tidak tahan melihat tubuh seksi  wanita yatim piatu itu atau mungkin memang Ronaldnya saja yang brengsek!
Awalnya Ronald memberi Yanti sebotol minuman, ia bilang itu oleh-oleh untuk Yanti dari Jakarta, padahal telah dicampur semacam obat tidur. Bodohnya Yanti tak sedikitpun curiga kepada majikannya tersebut.
Manjur memang, beberapa menit saja setelah Yanti meminumnya ia sudah hampir tak sadarkan diri dan tanpa buang waktu Ronald segera melucuti pakaian yang membungkus tubuh aduhai Yanti dan mulai menggrayangi pembantunya tersebut dari betis sampai ke bagian dada. Sampai akhirnya Yanti kehilngan keperawanannya setelah Ronald dengan leluasa menari-nari di atas tubuh perempuan yang tak terbungkus sehelai kain pun di atas sofa merah di rumah mewah itu, pada waktu itu hanya ada mereka berdua.
Waktu itu Yanti hanya bisa berontak dari dalam hati saja, sebab ia yang setengah tak sadarkan diri itu telah dibuat tak berdaya oleh kualitas obat yang di dapat Ronald dari teman kampusnya.
Ironisnya Yanti justru diusir ketika ia mengadukan kelakuan Ronald kepada majikannya. Ia justru dituduh menggoda Ronald ketika sedang ditinggal majikannya menunaikan Ibadah Haji. Yanti juga ditawari uang sepuluh juta rupiah agar ia menggugurkan kandungan dan pergi pulang kampung ke Ciamis, tempat Yanti di lahirkan.
“Oalah Yanti… kamu ini ya!! Jadi Perempun ko Kegatelan!! Awakmu pasti godain mas Ronald waktu Bapak dan Ibu pergi ke Mekah kan??!’ ….Ngaku Ora kuwe Yanti!!!!”
Masih ingat betul Yanti dengan kata-kata sang majikan kepadanya waktu itu.
Sebenarnya Yanti sempat juga ngotot meminta Ronald untuk bertanggungjawab dan menikahinya, tapi semakin ia ngotot semakin keras pula majikanya mencacimaki dirinya.
Alhasil Yanti hanya bisa pasrah, ia terima sepuluh juta itu dari majikannya dan pergi dari rumah Mewah itu. “Yah..daripada tak dapat apa-apa lebih baik saya terima aja uang itu, kan lumayan bisa buat biaya makan dan sewa kontrakan nantinya konyol Yanti mencoba realistis dalam hati.

Aldi Subarkah, anak laki-laki yang sekarang duduk di kelas satu SD ini mungkin tidak akan pernah melihat dunia jika saja dulu Yanti memutuskan untuk menggugurkan kandungannya. Untungnya setelah Yanti meninggalkan Surabaya dan pergi ke Bandung, Yanti memilih untuk tetap merawat kandungnya hingga melahirkan anak laki-laki itu.
Alasan Yanti tidak kembali ke Ciamis karena ia tak punya lagi keluarga yang peduli dengannya setelah Orangtuanya meninggal sembilan tahun lalu. Ia nekat pergi ke Bandung untuk mencari pekerjaan baru dan menyewa sebuah rumah kontrakan di daerah Bojongsoang, H. Dumawi Sarifin Saini mau menerimanya bekerja di Salah satu Mini Marketnya.
Yanti sangat menyayangi anaknya, setiap pagi ia menyiapkan segalanya untuk Aldi ke sekolah, bahkan ia hampir selalu menghantarkan anaknya itu hingga gerbang sekolah.
Pernah suatu malam ketika Yanti sedang mengajari Aldi  menyelesaikan PR sekolahnya, ia terkejut ketika sang anak menanyakan soal Ayahnya.
“Bunda…Ayahnya Aldi dimana sih bun…?”
Tanya Aldi dengan wajah yang polos kepada ibunya.
Yanti terdiam seakan tak percaya dengan yang terucap dari mulut anaknnya tersebut.
“Dimana Bunda Ayahnya Aldi…?” Tanya Aldi lagi.
“Ayah Aldi lagi kerja jauh…cari uang buat beliin aldi sepatu yang baru sayang….”  Yanti berbohong.
“Tapi Kok ayah gak pernah pulang bun…?” Anak itu masih penasaran.
“Iya…Soalnya Ayah Aldi kerjanya kan Jauh….nanti kalo udah punya duit yang banyak pasti nanti ayah Aldi pulang sayang…” Yanti mencoba meyakinkan anak laki-lakinya.
“Aldi juga mau dibeliin Sepeda yang kaya punya Adit ya bu…biar kalo sekolah Aldi naik sepeda, jadi gak dianterin bunda lagi..jadi bunda gak cape...” Aldi mulai percaya.
Yanti melihat jam dinding telah menunjukan pukul 21.38 lalu sambil memeluk Aldi Ia berkata. “Iya sayang…Nanti pasti dibeliin sama ayah...udah sekarang Aldi kerjain lagi PR nya. abis itu tidur biar besok gak kesiangan sekolahnya…”.
*****

Wajah Udin terlihat ceria sabtu sore ini, dia seperti ketiban rezeki nomplok hari ini, penumpang ramai sekali, belum lagi dia dapat carteran menghantarkan Ibu-ibu pengajian ke sebuah masjid besar di jalan Cipaganti. Rp. 375.000 belum termasuk uang setoran ke pemilik angkot sudah ditangannya.
Ketika Udin sedang ngopi di warkop mang Jaja, sebuah warung kecil tempat biasa para sopir nongkrong saat istirahat.
“Wuih…ketiban bulan maneh Din?!...Cerah Euy..” Sapa Romli teman Udin sesama sopir yang juga teman mabuknya.
“Alhamdullilah Rom….rejeki mah teu kamana…haha!”
“Gaya maneh Din…Urang juga lumayan Din, sembilan enam lah setelah setor mah…maneh kumaha din?? Dua ratus nya’?” Romli lagi.
Udin mengangkat segelas kopi yang ia pesan dan meminumnya, kemudian ia menjawab.
“kalau sudah setor ke si Bos…Tiga Ratus Lima lah masuk kantong…”
“Itu si banyak atu din!!” Romli dengan nada agak tinggi.
“Hahaha….!!!“ Udin tertawa.
“Berarti nanti malam berangkat atu kalo gitu….!!” Ucap Romli.
Dengan pasti Udin menjawab temannya itu.
“Atu iya….si Deni ajak sekalian, biar letoy dia nanti malam!! Hahahahahaha!!!”
“Siiiippp…..!!“
Romli mengambil korek dari atas meja dan menyulut rokok di bibirnya.
*****

Sabtu malam Jam 22.49 di depan Warkop mang Jaja.
“Kamana sih si Udin?? Janjian jam sepuluh tapi jam segini gak nongol-nongol tu jurig!!”
“Ahh...atu Si Udin mah emang suka telat Den, minggu kemarin wae telat sejam waktu janjian jeng aing” Ucap Romli kepada Deni.
Malam ini Udin dan kedua temannya telah membuat janji untuk pergi ke suatu tempat untuk menikmati hasil kerjanya beberapa hari sebelumnya.
Mereka akan menikmati hasil kerjanya tersebut di Saritem!
Iya, Seperti biasa. Pada hari Jumat dan Sabtu Udin selalu semangat mencari uang dengan menyopir angkot milik Bos Malik hanya untuk pergi ke Saritem.
“Sori cuy….Agak telat…! hehehe” Udin cengar-cengir sembari berjalan menghampiri Deni dan Romli.
“Anying maneh cengar-cengir Din!!” Sahut Deni
“Atu enggeslah hayu berangkat…! nanti dapet sisa lagi kaya minggu kemaren!”
ajak Romli untuk segera berangkat.
“Siap Mister Romli…!” Udin dengan ceria.
Mereka pun berangkat menuju Saritem dengan menggunakan angkot Haji Abdullah yang tak lain adalah bos si Romli.
Dua puluh menit kemudian telah terlihat beberapa kendaraan terparkir dengan rapih di pinggiran jalan. Ada juga mobil sedan yang terparkir di sana, motor dan beberapa angkot pun ada.
“Parkir di sebelah mobil eta wae Rom…!!” Pinta Udin agar Romli memarkirkan angkotnya di samping mobil SUV berplat B tersebut.
Tak lama kemudian Romli pun memarkirkan angkotnya.
“Rame Pisan Euy…!” Deni sambil melihat sekitar.
“Maneh sih Din pake ngaret segala!” Romli menyalahkan Udin.
Dengan santai Udin menjawab
“Tenang wae atu…Pasti kebagian…”
“Telpon kang Makrub wae kumaha?” Usul Romli untuk menelpon seorang mucikari yang beberapa kali membantu mereka.
“Ulah…itu orangnya saja kelihatan...”
Udin sambil menunjukan jarinya ke arah kang Makrub yang berada tidak jauh dari mereka.
“Atu ayo samperin aja kalo gitu...”
Romli sepertinya sudah tak tahan untuk segera bertempur.
Mereka pun berjalan mendekati kang Makrub yang sedang menikmati sebatang rokok kretek di bibirnya itu.
“Kang kumaha damang?” Udin menyapa kang Makrub.
“weit…maneh jang, alhamdullilah sehat!” kang Makrub sedikit kaget.
“Rame pisan nya kang…?” Udin Berbasa-basi.
“Iya jang, tapi masih ada ko’ jang…tenang aja sama kang Makrub mah…” Ternyata kang Makrub sudah tau apa maksud si Udin.
“Ari tilu aya kang?” Tanya Romli.
“Aya…tinggal maunya kalian aja gimana?” kang Makrub memberikan berita bagus.
“Si Melly bisa gak Kang?” Romli menanyakan ketersediaan Melly, wanita favoritnya itu.
“Melly baru aja masuk sama anak Jakarta yang bawa mobil silver itu jang, Yuni mau? Atau si Eka aja gmn? Gak kalah sama Melly jang si Eka mah…”
Tawar kang Makrub memberi alternatrif kepada Romli.
“Oh si Eka? Okelah kang...Eka mah mantab!” Romli mantap karena sebelumnya ia pernah dibuat geleng-geleng dengan Melly.
“Ari Yuni montok sih urang jeng Yuni waelah kang” Deni kepada kang Makrub.
“Siip jang…Si Yuni mah TOGEPASAR jang! Ulah kuatir maneh…”
mucikari itu memastikan kepada Deni bahwa Yuni sesuai dengan keinginannya.
Kemudian kang Makrub menanyai Udin yang belum juga punya pilihan.
“Maneh kumaha Din??”
“Yang lain siapa lagi kang? Kalo bisa mah yang belum pernah di booking malam ini kang, jadi masih segerrr…hehehe!” Udin mengutarakan yang ia inginkan.
“Mmmmmmm…..siapa ya jang ya?” Mucikari berkulit coklat tua itu sambil mengerutkan jidatnya.
“………Si Susan kayanya mah jang yang belum di bawa masuk, alias masih fresh malem mini” Kang Makrub memberi tawaran beberapa saat kemudian.
“Geulis te’ kang?” Udin penasaran.
“Atu Geulis jang….Koleksi kang makrub mah gak ada yang gak cantik atuh…si Susan teh baru masuk sini jang” Kata kang Makrub.
“Pantes baru denger sekarang namanya susan kang…perawan tah kang?” Tanya Udin.
“Atu nggak jang…! dia teh pindahan dari Karoke di dalem kaung…baru empat hari disini, sebelumnya dia juga pernah di salon daerah PVJ kabarnya sih jang. tapi kurang tau kenapa pindah kesini…Pengalaman lah pokoknya jang!, gimana? Mau enggak??” kang Makrub memastikan.
“Ya udahlah kang kalo gitu, daripada keduluan yang lain...” Udin memutuskan.
“Mangga jang…!!” ajak si mucikari kepada Udin, Romli dan Deni ke salah satu rumah disekitar situ.
”Tarif masih kaya biasanya kan kang?” Tanya Romli memastikan.
“Iya...tenang...”
Tanpa basa-basi Deni dan Romli langsung masuk ke kamar yang telah disediakan setelah mereka bertemu dengan pasangan masing-masing, mereka terlihat sudah tak tahan lagi. Sedangkan Udin harus menunggu sebentar di ruang depan karena wanita yang ia pilih sedang ke toilet.
Beberapa saat kemudian Udin tercengang seakan tak percaya ketika Susan datang, ia ingat jelas bahwa Susan adalah wanita yang tempo hari menjadi penumpangnya dan turun di depan Mini Market dekat lampu merah Buah Batu itu. Benar, Susan ternyata adalah Himayanti alias Yanti alias si kasir sexy yang bekerja di Mini Market milik H. Dumawi Sarifin Saini. Ia pun duduk di sebelah Udin.
“Kamu teh bukanya yang kerja di Mini Market dekat perempatan Buah batu y?” Udin sambil mengerutkan heran.
“Aa’ ko tau Susan kerja di sana?” jawab Yanti sambil merebahkan kepalanya di pundak Udin.
“Aa’ inget aja… kan kamu teh kalo berangkat kerja suka naek angkot Aa’…” Jawab Udin.
Dengan entengnya Yanti menjawab, “Iya A’…Susan teh emang kerja sampingan di sana… kalo cuma ngandelin penghasilan dari sini sih masih gak cukup A’… palingan cuma bisa buat makan sama bayar kontrakan aja, belum untuk yang lain, untuk beli bedak, lipstik sama lain-lainnya.”
Yanti menopangkan dagunya ke pundak Udin.
 “kan kalo kerja begini mah kadang dapet pelanggan kadang enggak A’...” Basa-basi wanita itu lagi.
Setelah puas berbincang akhirnya mereka bangkit dari sofa merah itu, berjalan bergandengan bak sepasang kekasih, menuju ke sebuah kamar bernomor delapan. Yanti mengunci pintu,  mereka berada dalam ruangan yang hanya berisi dipan ukuran kecil lengkap dengan kasur yang terbungkus seprei bermotif bunga-bunga serasi dengan sebuah bantal di atasnya, hingga akhirnya mereka mulai saling menyapa lewat sentuhan nafsu tanpa rasa cinta.

5 Komentar:

  1. Bagus gan..endingnya ternyata bercinta tanpa cinta..hehe
    Yanti-yanti....

    ReplyDelete
  2. kembangin terus tulisan anda, hanya orang yang yakin akan langkah yang meraih masa depan.

    ReplyDelete
  3. Pengalaman ya San? :P hHha... bahasanya laki banget keknya, ada yang keliatannya terlalu vulgar, dan hm... ada beberapa kata yang penulisannya kurang pas. Udah segitu aja deh komentarnya ya :) hhihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enak aja, :p
      yg penulisannya kurang pas di bagian mana nih? biar di dandani lai.hehe
      Thnks b4

      Delete

Komentarmu Menunjukan Kualitasmu di Dunia Maya (^_^)

Sandy Corat-coret! © 2012 | Created by Sandy A. | Powered by Blogger.com