Hari Jumat, saat angkot yang distir Udin melewati sebuah
Mini Market tiba-tiba.
“Kiri payuun…!!”
Teriak Yanti dengan nada tidak terlalu keras dari dalam
angkot meminta Sopir untuk berhenti, kemudian ia turun dan mengeluarkan dua lembar uang seribu dan memberikannya ke sopir.
“Nuhun Neng…” Si sopir berterimakasih dan mengijak gas
kembali.
“Gila, Seksi banget tu cewe, mau banget sama dia” dalam hati udin.
“Gila, Seksi banget tu cewe, mau banget sama dia” dalam hati udin.
Najarudin saefuliani alias Udin Sopir, pemuda berkulit putih
agak tampan berumur 24 tahun ini sebenarnya pria yang baik, banyak punya
teman dan juga seorang pekerja keras. Hanya saja uang yang ia dapat dari
pekerjaannya menjadi sopir angkot itu kadang ia gunakan untuk mabuk-mabukan.
Hampir setiap Selasa, Rabu dan Kamis malam ia bisa di temui sedang menegak
minuman keras dengan teman-temanya di depan toko bangunan SUMBER MAKMUR milik
koh Akiong, tapi pada hari Jumat dan Sabtu ia akan sangat semangat cari uang.
Ketika angkotnya berhenti di lampu merah perempatan Buah
Batu, Udin memanggil seorang pedagang asongan.
“Kang Super 2 batang!”
Udin mengacungkan selembar uang ribuan dan lima keping uang
receh kepada pedagang berompi kuning dengan sebuah kotak yang menggantung di
dadanya.
“Kumaha penumpang?”
Basa-basi si pedagang sambil mengambil dua batang rokok dari
kotak di dadanya.
“Lumayan kang…dua rit deui’ Insyaallah setoran ketutup…Korek
na kang”
“Ari sabar mah pasti bisa…” Ucap pedagang itu lalu
meminjamkan korek api kepada Udin.
Tiiiiiittt!!!! Tiiiiiiiiiiiiittttt!!!!!
Bunyi klakson mobil JAGUAR hitam dengan Velg lebar mengkilap
yang berada di belakang angkot bercat kusam yang dikendarai Udin, member tanda
agar sopir muda itu segera menginjak pedal gasnya kembali karena lampu hijau
telah menyala.
“Nuhun kang!” Udin tergesa-gesa sembari mengembalikan korek
api.
“Mangga..! Mangga..!” Saut si pedagang berompi kuning itu.
*****
“Jadi semuanya Rp 30.350…ada lagi yang lain ibu?” dengan ramahnya Yanti dari balik meja kasir.
“Udah itu aja!” Seorang ibu setengah baya dan memberikan
selembar uang Rp 50.000.
“Uangnya Rp 50.000 ya bu…”
Yanti kemudian membuka laci kasir, mengambil sejumlah uang
dan memberikanya kepada si ibu sambil tersenyum
“Trimakasih ibu…Semoga datang kembali…”
Sambil ia tetap tersenyum walau ibu tersebut kemudian pergi
begitu saja tanpa sepatah kata.
Pada siang hari Yanti berkerja di Mini Market yang
terwaralaba atas nama H. Dumawi Sarifin Saini. Wanita berumur 26 tahun ini
memiliki tinggi badan yang tidak terlalu tinggi, tubuhnya seksi, ada yang bilang
bodinya lebih aduhai dari artis wanita Aura Kasih. Bagaimana tidak...bokong
bohay, langsing dan rambutnya yang hitam membuat banyak pria meliriknya, bahkan
sering membuat pelanggan pria di Mini Market itu sengaja berlama-lama di depan
meja kasir karena terpana dengan dada Yanti yang terlihat kencang menantang
itu!
Pantas saja, tidak jarang pria bahkan dari ABG sampai Kakek-kakek pun terpana
kepada wanita bernama lengkap Himayanti ini, terutama pada bagian yang satu
itu. Siapa yang sangka jika Yanti adalah seorang ibu beranak
satu.
Iya...Yanti yang seksi itu telah memiliki satu orang anak
laki-laki.
Agak miris ceritanya...
Ia diperkosa oleh anak majikanya ketika masih menjadi
pembantu rumah tangga di Surabaya. Mungkin Ronald, anak majikanya itu tidak
tahan melihat tubuh seksi wanita yatim
piatu itu atau mungkin memang Ronaldnya saja yang brengsek!
Awalnya Ronald memberi Yanti sebotol minuman, ia bilang itu oleh-oleh
untuk Yanti dari Jakarta, padahal telah dicampur semacam obat tidur. Bodohnya
Yanti tak sedikitpun curiga kepada majikannya tersebut.
Manjur memang, beberapa menit saja setelah Yanti meminumnya
ia sudah hampir tak sadarkan diri dan tanpa buang waktu Ronald segera melucuti
pakaian yang membungkus tubuh aduhai Yanti dan mulai menggrayangi pembantunya
tersebut dari betis sampai ke bagian dada. Sampai akhirnya Yanti kehilngan
keperawanannya setelah Ronald dengan leluasa menari-nari di atas tubuh
perempuan yang tak terbungkus sehelai kain pun di atas sofa merah di rumah
mewah itu, pada waktu itu hanya ada mereka berdua.
Waktu itu Yanti hanya bisa berontak dari dalam hati saja,
sebab ia yang setengah tak sadarkan diri itu telah dibuat tak berdaya oleh
kualitas obat yang di dapat Ronald dari teman kampusnya.
Ironisnya Yanti justru diusir ketika ia mengadukan kelakuan
Ronald kepada majikannya. Ia justru dituduh menggoda Ronald ketika sedang
ditinggal majikannya menunaikan Ibadah Haji. Yanti juga ditawari uang sepuluh
juta rupiah agar ia menggugurkan kandungan dan pergi pulang kampung ke Ciamis, tempat
Yanti di lahirkan.
“Oalah Yanti… kamu ini ya!! Jadi Perempun ko Kegatelan!!
Awakmu pasti godain mas Ronald waktu Bapak dan Ibu pergi ke Mekah kan??!’
….Ngaku Ora kuwe Yanti!!!!”
Masih ingat betul Yanti dengan kata-kata sang majikan
kepadanya waktu itu.
Sebenarnya Yanti sempat juga ngotot meminta Ronald untuk
bertanggungjawab dan menikahinya, tapi semakin ia ngotot semakin keras pula
majikanya mencacimaki dirinya.
Alhasil Yanti hanya bisa pasrah, ia terima sepuluh juta itu dari
majikannya dan pergi dari rumah Mewah itu. “Yah..daripada tak dapat apa-apa
lebih baik saya terima aja uang itu, kan lumayan bisa buat biaya makan dan sewa
kontrakan nantinya” konyol Yanti mencoba
realistis dalam hati.
Aldi Subarkah, anak laki-laki yang sekarang duduk di kelas
satu SD ini mungkin tidak akan pernah melihat dunia jika saja dulu Yanti
memutuskan untuk menggugurkan kandungannya. Untungnya setelah Yanti
meninggalkan Surabaya dan pergi ke Bandung, Yanti memilih untuk tetap merawat
kandungnya hingga melahirkan anak laki-laki itu.
Alasan Yanti tidak kembali ke Ciamis karena ia tak punya
lagi keluarga yang peduli dengannya setelah Orangtuanya meninggal sembilan
tahun lalu. Ia nekat pergi ke Bandung untuk mencari pekerjaan baru dan menyewa
sebuah rumah kontrakan di daerah Bojongsoang, H. Dumawi Sarifin Saini mau
menerimanya bekerja di Salah satu Mini Marketnya.
Yanti sangat menyayangi anaknya, setiap pagi ia menyiapkan segalanya
untuk Aldi ke sekolah, bahkan ia hampir selalu menghantarkan anaknya itu hingga
gerbang sekolah.
Pernah suatu malam ketika Yanti sedang mengajari Aldi menyelesaikan PR sekolahnya, ia terkejut
ketika sang anak menanyakan soal Ayahnya.
“Bunda…Ayahnya Aldi dimana sih bun…?”
Tanya Aldi dengan wajah yang polos kepada ibunya.
Yanti terdiam seakan tak percaya dengan yang terucap dari mulut
anaknnya tersebut.
“Dimana Bunda Ayahnya Aldi…?” Tanya Aldi lagi.
“Ayah Aldi lagi kerja jauh…cari uang buat beliin aldi sepatu
yang baru sayang….” Yanti berbohong.
“Tapi Kok ayah gak pernah pulang bun…?” Anak itu masih
penasaran.
“Iya…Soalnya Ayah Aldi kerjanya kan Jauh….nanti kalo udah
punya duit yang banyak pasti nanti ayah Aldi pulang sayang…” Yanti mencoba
meyakinkan anak laki-lakinya.
“Aldi juga mau dibeliin Sepeda yang kaya punya Adit ya
bu…biar kalo sekolah Aldi naik sepeda, jadi gak dianterin bunda lagi..jadi
bunda gak cape...” Aldi mulai percaya.
Yanti melihat jam dinding telah menunjukan pukul 21.38 lalu
sambil memeluk Aldi Ia berkata. “Iya sayang…Nanti pasti dibeliin sama ayah...udah
sekarang Aldi kerjain lagi PR nya. abis itu tidur biar besok gak kesiangan
sekolahnya…”.
*****
Wajah Udin terlihat ceria sabtu sore ini, dia seperti ketiban rezeki nomplok hari ini, penumpang ramai sekali, belum lagi dia dapat carteran menghantarkan Ibu-ibu pengajian ke sebuah masjid besar di jalan Cipaganti. Rp. 375.000 belum termasuk uang setoran ke pemilik angkot sudah ditangannya.
Ketika Udin sedang ngopi di warkop mang Jaja, sebuah warung
kecil tempat biasa para sopir nongkrong saat istirahat.
“Wuih…ketiban bulan maneh Din?!...Cerah Euy..” Sapa Romli
teman Udin sesama sopir yang juga teman mabuknya.
“Alhamdullilah Rom….rejeki mah teu kamana…haha!”
“Gaya maneh Din…Urang juga lumayan Din, sembilan enam lah
setelah setor mah…maneh kumaha din?? Dua ratus nya’?” Romli lagi.
Udin mengangkat segelas kopi yang ia pesan dan meminumnya, kemudian
ia menjawab.
“kalau sudah setor ke si Bos…Tiga Ratus Lima lah masuk
kantong…”
“Itu si banyak atu din!!” Romli dengan nada agak tinggi.
“Hahaha….!!!“ Udin tertawa.
“Berarti nanti malam berangkat atu kalo gitu….!!” Ucap
Romli.
Dengan pasti Udin menjawab temannya itu.
“Atu iya….si Deni ajak sekalian, biar letoy dia nanti
malam!! Hahahahahaha!!!”
“Siiiippp…..!!“
Romli mengambil korek dari atas meja dan menyulut rokok di
bibirnya.
*****
Sabtu malam Jam 22.49 di depan Warkop mang Jaja.
“Kamana sih si Udin?? Janjian jam sepuluh tapi jam segini
gak nongol-nongol tu jurig!!”
“Ahh...atu Si Udin mah emang suka telat Den, minggu kemarin
wae telat sejam waktu janjian jeng aing” Ucap Romli kepada Deni.
Malam ini Udin dan kedua temannya telah membuat janji untuk
pergi ke suatu tempat untuk menikmati hasil kerjanya beberapa hari sebelumnya.
Mereka akan menikmati hasil kerjanya tersebut di Saritem!
Iya, Seperti biasa. Pada hari Jumat dan Sabtu Udin selalu
semangat mencari uang dengan menyopir angkot milik Bos Malik hanya untuk pergi
ke Saritem.
“Sori cuy….Agak telat…! hehehe” Udin cengar-cengir sembari
berjalan menghampiri Deni dan Romli.
“Anying maneh cengar-cengir Din!!” Sahut Deni
“Atu enggeslah hayu berangkat…! nanti dapet sisa lagi kaya
minggu kemaren!”
ajak Romli untuk segera berangkat.
“Siap Mister Romli…!” Udin dengan ceria.
Mereka pun berangkat menuju Saritem dengan menggunakan
angkot Haji Abdullah yang tak lain adalah bos si Romli.
Dua puluh menit kemudian telah terlihat beberapa kendaraan
terparkir dengan rapih di pinggiran jalan. Ada juga mobil sedan yang terparkir
di sana, motor dan beberapa angkot pun ada.
“Parkir di sebelah mobil eta wae Rom…!!” Pinta Udin agar
Romli memarkirkan angkotnya di samping mobil SUV berplat B tersebut.
Tak lama kemudian Romli pun memarkirkan angkotnya.
“Rame Pisan Euy…!” Deni sambil melihat sekitar.
“Maneh sih Din pake ngaret segala!” Romli menyalahkan Udin.
Dengan santai Udin menjawab
“Tenang wae atu…Pasti kebagian…”
“Telpon kang Makrub wae kumaha?” Usul Romli untuk menelpon
seorang mucikari yang beberapa kali membantu mereka.
“Ulah…itu orangnya saja kelihatan...”
Udin sambil menunjukan jarinya ke arah kang Makrub yang
berada tidak jauh dari mereka.
“Atu ayo samperin aja kalo gitu...”
Romli sepertinya sudah tak tahan untuk segera bertempur.
Mereka pun berjalan mendekati kang Makrub yang sedang
menikmati sebatang rokok kretek di bibirnya itu.
“Kang kumaha damang?” Udin menyapa kang Makrub.
“weit…maneh jang, alhamdullilah sehat!” kang Makrub sedikit
kaget.
“Rame pisan nya kang…?” Udin Berbasa-basi.
“Iya jang, tapi masih ada ko’ jang…tenang aja sama kang
Makrub mah…” Ternyata kang Makrub sudah tau apa maksud si Udin.
“Ari tilu aya kang?” Tanya Romli.
“Aya…tinggal maunya kalian aja gimana?” kang Makrub
memberikan berita bagus.
“Si Melly bisa gak Kang?” Romli menanyakan ketersediaan Melly,
wanita favoritnya itu.
“Melly baru aja masuk sama anak Jakarta yang bawa mobil silver
itu jang, Yuni mau? Atau si Eka aja gmn? Gak kalah sama Melly jang si Eka mah…”
Tawar kang Makrub memberi alternatrif kepada Romli.
“Oh si Eka? Okelah kang...Eka mah mantab!” Romli mantap
karena sebelumnya ia pernah dibuat geleng-geleng dengan Melly.
“Ari Yuni montok sih urang jeng Yuni waelah kang” Deni
kepada kang Makrub.
“Siip jang…Si Yuni mah TOGEPASAR jang! Ulah kuatir maneh…”
mucikari itu memastikan kepada Deni bahwa Yuni sesuai dengan
keinginannya.
Kemudian kang Makrub menanyai Udin yang belum juga punya
pilihan.
“Maneh kumaha Din??”
“Yang lain siapa lagi kang? Kalo bisa mah yang belum pernah
di booking malam ini kang, jadi masih segerrr…hehehe!” Udin mengutarakan yang
ia inginkan.
“Mmmmmmm…..siapa ya jang ya?” Mucikari berkulit coklat tua
itu sambil mengerutkan jidatnya.
“………Si Susan kayanya mah jang yang belum di bawa masuk, alias
masih fresh malem mini” Kang Makrub memberi tawaran beberapa saat kemudian.
“Geulis te’ kang?” Udin penasaran.
“Atu Geulis jang….Koleksi kang makrub mah gak ada yang gak
cantik atuh…si Susan teh baru masuk sini jang” Kata kang Makrub.
“Pantes baru denger sekarang namanya susan kang…perawan tah
kang?” Tanya Udin.
“Atu nggak jang…! dia teh pindahan dari Karoke di dalem
kaung…baru empat hari disini, sebelumnya dia juga pernah di salon daerah PVJ
kabarnya sih jang. tapi kurang tau kenapa pindah kesini…Pengalaman lah pokoknya
jang!, gimana? Mau enggak??” kang Makrub memastikan.
“Ya udahlah kang kalo gitu, daripada keduluan yang lain...”
Udin memutuskan.
“Mangga jang…!!” ajak si mucikari kepada Udin, Romli dan Deni
ke salah satu rumah disekitar situ.
”Tarif masih kaya biasanya kan kang?” Tanya Romli
memastikan.
“Iya...tenang...”
Tanpa basa-basi Deni dan Romli langsung masuk ke kamar yang
telah disediakan setelah mereka bertemu dengan pasangan masing-masing, mereka
terlihat sudah tak tahan lagi. Sedangkan Udin harus menunggu sebentar di ruang
depan karena wanita yang ia pilih sedang ke toilet.
Beberapa saat kemudian Udin tercengang seakan tak percaya
ketika Susan datang, ia ingat jelas bahwa Susan adalah wanita yang tempo hari
menjadi penumpangnya dan turun di depan Mini Market dekat lampu merah Buah Batu
itu. Benar, Susan ternyata adalah Himayanti alias Yanti alias si kasir sexy yang
bekerja di Mini Market milik H. Dumawi Sarifin Saini. Ia pun duduk di sebelah Udin.
“Kamu teh bukanya yang kerja di Mini Market dekat perempatan
Buah batu y?” Udin sambil mengerutkan heran.
“Aa’ ko tau Susan kerja di sana?” jawab Yanti sambil
merebahkan kepalanya di pundak Udin.
“Aa’ inget aja… kan kamu teh kalo berangkat kerja suka naek
angkot Aa’…” Jawab Udin.
Dengan entengnya Yanti menjawab, “Iya A’…Susan teh emang
kerja sampingan di sana… kalo cuma ngandelin penghasilan dari sini sih masih gak
cukup A’… palingan cuma bisa buat makan sama bayar kontrakan aja, belum untuk yang
lain, untuk beli bedak, lipstik sama lain-lainnya.”
Yanti menopangkan dagunya ke pundak Udin.
“kan kalo kerja
begini mah kadang dapet pelanggan kadang enggak A’...” Basa-basi wanita itu
lagi.
Setelah puas berbincang akhirnya mereka bangkit dari sofa
merah itu, berjalan bergandengan bak sepasang kekasih, menuju ke sebuah kamar bernomor
delapan. Yanti mengunci pintu, mereka
berada dalam ruangan yang hanya berisi dipan ukuran kecil lengkap dengan kasur
yang terbungkus seprei bermotif bunga-bunga serasi dengan sebuah bantal di atasnya,
hingga akhirnya mereka mulai saling menyapa lewat sentuhan nafsu tanpa rasa
cinta.
Bagus gan..endingnya ternyata bercinta tanpa cinta..hehe
ReplyDeleteYanti-yanti....
kembangin terus tulisan anda, hanya orang yang yakin akan langkah yang meraih masa depan.
ReplyDeleteTerimakasih gan..
ReplyDeleteSemangat3x!!
Pengalaman ya San? :P hHha... bahasanya laki banget keknya, ada yang keliatannya terlalu vulgar, dan hm... ada beberapa kata yang penulisannya kurang pas. Udah segitu aja deh komentarnya ya :) hhihi
ReplyDeleteEnak aja, :p
Deleteyg penulisannya kurang pas di bagian mana nih? biar di dandani lai.hehe
Thnks b4