Bisa dikatakan setiap hari saya di hampiri oleh pengemis, entah itu di lampu merah atau di warung pinggir jalan ketika saya sedang makan. Kadang ngasih kadang juga enggak, liat-liat orangnya dulu karna banyak juga dari mereka yang pandai berakting agar mendapatkan belas kasihan dari kita. Di depan kita mereka terlihat sangat lemas seperti tidak makan dua hari, tapi ketika uang sudah diberikan mendadak terlihat penuh energi seperti baru makan enak, sembari berjalan pergi dan memindahkan uang dari kaleng di tangannya ke dalam tas yang ia bawa. Kadang saya merasa tertipu dibuatnya dan bertanya dalam hati "Berapa banyak ya uang yang ada di dalam tas itu?". Bisa jadi kalian juga pernah menanyakan hal yang sama.
Buruknya lagi ada juga yang tak mau pergi setelah kita memberi sinyal tidak akan memberi. Bahkan kadang justru terus meneror dengan kalimat meminta-minta yang diulang-ulang dan lebih mendekatkan diri ke wajah kita. Seperti sedang menodong dengan nada-nada sedih yang mereka buat!. Kadang saya (terpaksa) memberi agar ia cepat enyah dari hadapan saya. Kalau sudah begini bukan lagi soal ikhlas atau tidak ikhlas, itu sudah jelas. Tapi kadang saya miris melihat mental mereka yang selalu menadahkan tanggannya di hadapan orang-orang mengharap belas kasihan, apalagi banyak diantara mereka yang terlihat masih memiliki kondisi fisik yang sehat. Jika sudah begitu apakah bisa disebut mengemis karna keadaan? atau saat ini Pengemis adalah sebuah Profesi? Hmmm...